Rabu, 02 November 2011

PENGENALAN PSIKOLOGI KOGNITIF


PENGENALAN PSIKOLOGI KOGNITIF
Sumber : Stenberg, R.J. Psikologi Kognitif edisi keempat. 2008. Pustaka Pelajar
 

Definisi Psikologi Kognitif
     Psikologi konitif adalah sebuah bidang studi tentang bagaimana manusia memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang suatu informasi.

Asal – usul filosofis Psikologi
    Dua filsuf yunani Kuno, Plato (428-348 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM) banyak mempengaruhi pemikiran modern di bidang psikologi dan bidang lainnya. Namun, mereka berdua tidak sepakat tentang bagaimana cara terbaik menyelidiki ide – ide kita. Plato adalah seorang rasionalis yang yakin bahwa rute pengetahuan adalah melalui analisis logis. Sebaliknya, Aristoteles adalah seorang empirisis yang yakin jika kita memperoleh pengetahuan melalui pembuktian empiris artinya, kita memperoleh bukti melalui pengamatan dan observasi.
     Di abad pertengahan, psikologi kognitif yang muncul umumnya berupa upaya untuk mengolaborasi ide – ide Aristoteles. Di abad XVII, ide – ide yang saling bertentangan antara rasionalisme dan empirisisme menguat lagi, antara seorang rasionalis berkebangsaan Perancis, Rene Descartes (1596-1650) yang bertentangan dengan seorang empirisis berkebangsaan inggris, John Locke (1632-1704). Descartes setuju  dengan Plato, dia memandang metode reflektif dan introspektif sebagai metode yang lebih unggul untuk menemukan kebenaran. Sedangkan Locke mendukung semangat Aristotelian, dia yakin kalau manusia dilahirkan tanpa pengetahuan, karena itu mereka harus mencari pengetahuan lewat pengamatan empiris. Istilah Locke yang terkenal untuk pandangannya ini adalah “Tabula Rasa” (bahasa latin yang artinya kertas kosong).
    Di abad XVIII seorang filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804) secara dialektis menyintesiskan pandangan Descartes dan Locke ini. Dia berpendapat bahwa rasionalisme maupun empirisme memiliki kebenarannya masing-masing. Namun, keduanya harus bekerjasama untuk bisa mencari kebenaran yang lebih menyeluruh. Kebanyakan Psikolog dewasa ini menerima sintesis Kant ini.

Asal usul psikologis dari Psikologi Kognitif
    Strukturalisme berusaha memahami struktur (konfigurasi unsur-unsur) pikiran dan persepsi dengan menganalisis komponen-komponennya yang paling dasar. Seorang Psikolog Jerman yang ide-idenya kemudian memberikan kontribusi bagi perkembangan strukturalisme adalah Wilhelm Wundt (1832-1920). Wundt mendukung studi tentang pengalaman-pengalaman indrawi melalui introspeksi. Introspeksi adalah cara manatap ke dalam, yaitu pada kepingan-kepingan informasi yang melewati kesadaran.
Fungsionalisme adalah pandangan alternatif bagi strukturalisme yang menyatakan bahwa para psikolog semestinya memfokuskan perhatian lebih kepada proses-proses berfikir ketimbang isinya. Fungsionalisme berusaha memahami apa yang dilakukan manusia dan kenapa mereka melakukannya. Pertanyaan utama kaum fungsionalis ini berkebalikan dari kaum strukturalis yang lebih menyoroti kandungan-kandungan dasar (struktur) pikiran manusia. Kaum fungsionalis yakin bahwa kunci untuk memahami pikiran dan perilaku manusia adalah dengan mempelajari proses-proses bagaimana dan kenapa fikiran bekerja, bukannya mempelajari kandungan struktural dan elemen pikiran itu sendiri.
Asosiasionisme menguji bagaimana kejadian atau ide dapat diasosiasikan satu sama lain di dalam pikiran untuk menghasilkan suatu bentuk pembelajaran. Di akhir 1800-an asosiasionis bernama Hermann Ebbinghaus (1850-1909) adalah orang pertama yang bereksperimen dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip asosiasionisme secara sistematis. Melalui eksperimennya Ebbinghaus menemukan kalau repetisi/pengulangan yang sering dilakukan dapat memperbaiki asosiasi mental menjadi lebih kuat didalam memori. Asosiasionis lain yang berpengaruh adalah Edward Lee Thorndike (1874-1949) yakin bahwa “kepuasan” adalah kunci untuk membentuk asosiasi. Thorndike mengistilahkan prinsip ini hukum efek (Law effect 1905) : Sebuah stimulus cenderung menghasilkan respons tertentu di waktu tertentu jika sebuah organisme dihargai lantaran respons tersebut.
Behaviorisme adalah sebuah pandangan teoretis yang berpendapat bahwa psikologi mestinya menyoroti relasi antara perilaku yang bisa diamati di suatu sisi dan peristiwa-peristiwa lingkungan yang dapat mempengaruhi di sisi lainnya. Di Rusia, ahli fisiologi peraih nobel Ivan Pavlov (1849-1936) mempelajari perilaku belajar yang tidak dikehendaki semacam ini. Kerja terobosan Pavlov ini lal membuka jalan bagi perkembangan behaviourisme. Tokoh-tokoh behaviorisme lain adalah John Watson (1878-1958) dan B.F. Skinner (1904-1990) yang merupakan pelopor behaviorisme radikal.

Metode Riset dalam Psikologi Kognitif
Untuk mempelajari salah satu aspek khusus kognisi biasanya diawali dengan sebuah teori. Teori adalah sebuah tubuh pengetahuan yang terorganisir mengenai prinsip-prinsip penjelasan umum terkait sebuah fenomena. Kemudian membangkitkan hipotesis, yaitu usulan tentatif mengenai kensekuensi empiris yang diharapkan dari suatu teori seperti hasil yang diinginkan dari riset. Berikutnya kita mengetes hipotesis melalui eksperimen. Bahkan jika temuan-temuan khusus tampaknya mengkonfirmasikan hipotesis tertentu, temuan tersebut harus tunduk pada analisis statistik untuk menentukan signifikansi statistiknya. Signifikansi statistik menyatakan kemungkinan bahwa seperangkat hasil tertentu akan diperoleh hanya jika faktor peluang bekerja.
Para psikolog kognitif menggunakan beberapa metode yang berbeda ntuk mempelajari cara manusia berfikir. Enam metode yang paling umum digunakan adalah metode eksperimen, teknik-teknik  psikobiologis, teknik laporan diri, studi kasus, pengamatan alamiah, metode simulasi komputer dan kecerdasan buatan. Metode riset yang berbeda menawarkan keuntungan dan kerugian yang berbeda juga, disesuaikan dengan masalah yang hendak dipecahkan.

Isu – isu dalam bidang Psikologi kognitif
Beberapa isu utama di bidang ini telah memusat kepada cara manusia memperoleh pengetahuan. Kerja psikologis ini bisa digarap dengan ;
-        Menggunakan rasionalisme (yang menjadi basis bagi pengembangan teori) maupun empirisime (yang menjadi basis bagi penumpulan data); artinya menyoroti struktur dan proses kognitif sekaligus.
-          Menekankan studi tentang pemrosesan di wilayah umum dan khusus.
-         Mengupayakan tingkatan kontrol eksperimental yang tinggi (memberi ruang bagi penyimpulan  kausal lebih baik) dan tingkatan validitas ekologis yang tinggi (memberi ruang bagi penggenerali-sasian temuan-temuan dengan kondisi di luar laboratorium.
-     Melakukan riset mendasar untuk mencari pengetahuan fundamental tentang kognisi dan riset terapan yang mencari pemakaian efektif kognisi dalam setting dunia nyata.
Meskipun isu-isu ini tampaknya bertentangan secara diametris, namun seringkali pandangan antitesis bisa disintesiskan menjadi suatu bentuk yang menawarkan keseimbangan terbaik bagi tiap sudut pandang yang bertentangan.
Selain mempelajari dasar-dasar biologis bagi kognisi, para psikolog kognitif ini juga mempelajari atensi, kesadaran, persepsi, memori, pembayangan mental, bahasam pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputsan, penalaran, perubahan perkembangan kognisi manusia, kecerdasan manusia, kecerdasan buatan dan masih banyak lagi aspek-aspek lain dari pemikiran manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar