PENGENALAN
PSIKOLOGI KOGNITIF
Sumber
: Stenberg, R.J. Psikologi Kognitif edisi keempat. 2008. Pustaka Pelajar
Definisi Psikologi Kognitif
Psikologi konitif adalah sebuah bidang studi tentang bagaimana manusia
memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang suatu informasi.
Asal – usul filosofis Psikologi
Dua filsuf yunani Kuno,
Plato (428-348 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM) banyak mempengaruhi
pemikiran modern di bidang psikologi dan bidang lainnya. Namun, mereka berdua
tidak sepakat tentang bagaimana cara terbaik menyelidiki ide – ide kita. Plato
adalah seorang rasionalis yang yakin bahwa rute pengetahuan adalah melalui
analisis logis. Sebaliknya, Aristoteles adalah seorang empirisis yang yakin
jika kita memperoleh pengetahuan melalui pembuktian empiris artinya, kita
memperoleh bukti melalui pengamatan dan observasi.
Di abad pertengahan,
psikologi kognitif yang muncul umumnya berupa upaya untuk mengolaborasi ide –
ide Aristoteles. Di abad XVII, ide – ide yang saling bertentangan antara
rasionalisme dan empirisisme menguat lagi, antara seorang rasionalis
berkebangsaan Perancis, Rene Descartes (1596-1650) yang bertentangan dengan
seorang empirisis berkebangsaan inggris, John Locke (1632-1704). Descartes
setuju dengan Plato, dia memandang
metode reflektif dan introspektif sebagai metode yang lebih unggul untuk
menemukan kebenaran. Sedangkan Locke mendukung semangat Aristotelian, dia yakin
kalau manusia dilahirkan tanpa pengetahuan, karena itu mereka harus mencari
pengetahuan lewat pengamatan empiris. Istilah Locke yang terkenal untuk
pandangannya ini adalah “Tabula Rasa” (bahasa latin yang artinya kertas
kosong).
Di abad XVIII seorang
filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804) secara dialektis menyintesiskan
pandangan Descartes dan Locke ini. Dia berpendapat bahwa rasionalisme maupun
empirisme memiliki kebenarannya masing-masing. Namun, keduanya harus
bekerjasama untuk bisa mencari kebenaran yang lebih menyeluruh. Kebanyakan
Psikolog dewasa ini menerima sintesis Kant ini.
Asal usul psikologis dari
Psikologi Kognitif
Strukturalisme berusaha memahami struktur (konfigurasi unsur-unsur)
pikiran dan persepsi dengan menganalisis komponen-komponennya yang paling
dasar. Seorang Psikolog Jerman yang ide-idenya kemudian memberikan kontribusi
bagi perkembangan strukturalisme adalah Wilhelm Wundt (1832-1920). Wundt
mendukung studi tentang pengalaman-pengalaman indrawi melalui introspeksi.
Introspeksi adalah cara manatap ke dalam, yaitu pada kepingan-kepingan
informasi yang melewati kesadaran.
Fungsionalisme adalah pandangan alternatif bagi strukturalisme yang
menyatakan bahwa para psikolog semestinya memfokuskan perhatian lebih kepada
proses-proses berfikir ketimbang isinya. Fungsionalisme berusaha memahami apa
yang dilakukan manusia dan kenapa mereka melakukannya. Pertanyaan utama kaum
fungsionalis ini berkebalikan dari kaum strukturalis yang lebih menyoroti
kandungan-kandungan dasar (struktur) pikiran manusia. Kaum fungsionalis yakin
bahwa kunci untuk memahami pikiran dan perilaku manusia adalah dengan
mempelajari proses-proses bagaimana dan kenapa fikiran bekerja, bukannya
mempelajari kandungan struktural dan elemen pikiran itu sendiri.
Asosiasionisme menguji bagaimana kejadian atau ide dapat
diasosiasikan satu sama lain di dalam pikiran untuk menghasilkan suatu bentuk
pembelajaran. Di akhir 1800-an asosiasionis bernama Hermann Ebbinghaus
(1850-1909) adalah orang pertama yang bereksperimen dengan mengaplikasikan
prinsip-prinsip asosiasionisme secara sistematis. Melalui eksperimennya
Ebbinghaus menemukan kalau repetisi/pengulangan yang sering dilakukan dapat
memperbaiki asosiasi mental menjadi lebih kuat didalam memori. Asosiasionis
lain yang berpengaruh adalah Edward Lee Thorndike (1874-1949) yakin bahwa
“kepuasan” adalah kunci untuk membentuk asosiasi. Thorndike mengistilahkan
prinsip ini hukum efek (Law effect 1905) : Sebuah stimulus cenderung
menghasilkan respons tertentu di waktu tertentu jika sebuah organisme dihargai
lantaran respons tersebut.
Behaviorisme adalah sebuah pandangan teoretis yang berpendapat
bahwa psikologi mestinya menyoroti relasi antara perilaku yang bisa diamati di
suatu sisi dan peristiwa-peristiwa lingkungan yang dapat mempengaruhi di sisi
lainnya. Di Rusia, ahli fisiologi peraih nobel Ivan Pavlov (1849-1936)
mempelajari perilaku belajar yang tidak dikehendaki semacam ini. Kerja
terobosan Pavlov ini lal membuka jalan bagi perkembangan behaviourisme.
Tokoh-tokoh behaviorisme lain adalah John Watson (1878-1958) dan B.F. Skinner
(1904-1990) yang merupakan pelopor behaviorisme radikal.
Metode Riset dalam Psikologi
Kognitif
Untuk mempelajari salah
satu aspek khusus kognisi biasanya diawali dengan sebuah teori. Teori adalah
sebuah tubuh pengetahuan yang terorganisir mengenai prinsip-prinsip penjelasan
umum terkait sebuah fenomena. Kemudian membangkitkan hipotesis, yaitu usulan
tentatif mengenai kensekuensi empiris yang diharapkan dari suatu teori seperti
hasil yang diinginkan dari riset. Berikutnya kita mengetes hipotesis melalui
eksperimen. Bahkan jika temuan-temuan khusus tampaknya mengkonfirmasikan
hipotesis tertentu, temuan tersebut harus tunduk pada analisis statistik untuk
menentukan signifikansi statistiknya. Signifikansi statistik menyatakan
kemungkinan bahwa seperangkat hasil tertentu akan diperoleh hanya jika faktor
peluang bekerja.
Para psikolog kognitif
menggunakan beberapa metode yang berbeda ntuk mempelajari cara manusia
berfikir. Enam metode yang paling umum digunakan adalah metode eksperimen,
teknik-teknik psikobiologis, teknik
laporan diri, studi kasus, pengamatan alamiah, metode simulasi komputer dan
kecerdasan buatan. Metode riset yang berbeda menawarkan keuntungan dan kerugian
yang berbeda juga, disesuaikan dengan masalah yang hendak dipecahkan.
Isu – isu dalam bidang Psikologi
kognitif
Beberapa isu utama di
bidang ini telah memusat kepada cara manusia memperoleh pengetahuan. Kerja
psikologis ini bisa digarap dengan ;
- Menggunakan rasionalisme (yang menjadi basis
bagi pengembangan teori) maupun empirisime (yang menjadi basis bagi penumpulan
data); artinya menyoroti struktur dan proses kognitif sekaligus.
-
Menekankan studi tentang pemrosesan di wilayah
umum dan khusus.
- Mengupayakan tingkatan kontrol eksperimental
yang tinggi (memberi ruang bagi penyimpulan
kausal lebih baik) dan tingkatan validitas ekologis yang tinggi (memberi
ruang bagi penggenerali-sasian temuan-temuan dengan kondisi di luar
laboratorium.
- Melakukan riset mendasar untuk mencari pengetahuan
fundamental tentang kognisi dan riset terapan yang mencari pemakaian efektif
kognisi dalam setting dunia nyata.
Meskipun isu-isu ini
tampaknya bertentangan secara diametris, namun seringkali pandangan antitesis
bisa disintesiskan menjadi suatu bentuk yang menawarkan keseimbangan terbaik
bagi tiap sudut pandang yang bertentangan.
Selain mempelajari dasar-dasar biologis bagi kognisi,
para psikolog kognitif ini juga mempelajari atensi, kesadaran, persepsi,
memori, pembayangan mental, bahasam pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan
keputsan, penalaran, perubahan perkembangan kognisi manusia, kecerdasan
manusia, kecerdasan buatan dan masih banyak lagi aspek-aspek lain dari
pemikiran manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar